Wednesday, February 25, 2009

world within- world where we live in [v 1]

Introduction

Lukisan Alam by Hijjaz

Hidup tidak selalunya indah
Langit tak selalu cerah
Suram malam tak berbintang
Itulah lukisan alam
Begitu aturan Tuhan

Jadilah rumput yang lemah lembut
tak luruh dipukul ribut
Bagai karang didasar lautan
Tak terusik dilanda badai

Dalam sukar… hitunglah kesyukuranmu
Dalam senang… awasi kealpaanmu
Setitis derita melanda
Segunung KurniaanNya

Usah mengaharapkan kesenangan
Dalam perjuangan perlu pengorbanan
Usah dendam berpanjangan
Maafkan kesalahan insan
Begitu ajaran Tuhan

Dalam diam… taburkanlah baktimu
Dalam tenang… buangkanlah amarahmu
Suburkanlah sifat sabar
Dalam jiwamu itu
Di dalam jiwamu itu



p/s: sebenarnya perkara yang paling ingin saya kongsikan hampir semuanya terkandung dalam lirik nasyid ini. semoga kita sama-sama mendapat pengajaran.

nantikannya di world within-the world where we live in [v2] =D
coming soon.....!!!!!!!!!

sabda Rasulullah saw dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata,

"Rasulullah saw memegang kedua pundakku lalu bersabda, "Jadilah engkau hidup di dunia seperti orang asing atau musafir (orang yang bepergian)."

Lalu Ibnu 'Umar ra menyatakan, "Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari. Dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu." (HR. Al-Bukhari)


jadilah di dunia bagai orang asing

Atau pengembara yang tidak lama

Berbekallah yang banyak untuk segera pulang

Bertemu dengan Allah di alam sana


(Segeralah. Izzatul Islam)


"dunia hanya tempat persinggahan,untuk berteduh,setelah memulakan perjalanan, bukan berteduh sahaja dan menunggu masa untuk kembara lagi, berteduh menghimpun AMALAN,menghimpun KEBAIKAN"









1 comment:

cOkodok said...

ssaje maw share hadith ni =)

Sabda Rasulullah s.a.w yang maksudnya:
“Sesiapa yang diberi suatu kebaikan hendaklah ia mengingatinya, sesiapa yang mengingatinya ia dianggap bersyukur. Sesiapa yang tidak mengenangkan budi yang diberi ia dianggap sebagai kufur nikmat.”

Riwayat At-Tabrani